Siang
ini saya ingin bicara tentang romantisme Palopo. Saya tiba-tiba saja
mendapat ide tentang tema ini. Romantiskah palopo? Di akhir bagian
cerita ini saya akan mengungkapkan latar belakangnya. Terlalu dini untuk
masuk ke episode itu.
Banyak tempat di belahan dunia ini yang
diyakini orang sebagai tempat-tempat romantis. Sebut saja Paris, Viena,
Barcelona, Venice dan Amsterdam. Sayangnya, keempat nama yang pertama
belum satupun yg kukunjungi. Kecuali nama yg terakhir, amsterdam
(amassangan terendam) pernah.hehehe… Kala itu,saya ingat Sungai
Amassangan masih jorok. Saya bangga,kini kondisinya indah sekali. Saya
sempat berpikirmengapa tidak dijadikan sarana wisata kota saja. Mirip
amsterdam betulan,yang punya banyak sungai untuk wisata. Mungkin kita
belum kreatif untuk melaksanakannya. Atau belum siap nerima bule-bule di
sungai itu. Saya rasa bukan itu ya?
Di Indonesia, mungkin nama kota
Bandung,Yogya dan Denpasar bisa saya sebut top 3 kota romantis. Makasar
saya pikirbelum. Atmosfir romantisnya belum ‘ngena’ betul secara umum.
Walaupun di sana ada Losari, Jalan Sombaopu, dan Rotterdam yang saya
anggap romantis. Nilainya masih di bawah dari 3 kota di atas. Tentu
masih menurut perasaan saya. Memang,romantis atau tidak pasti rentang
nilainya harus pake hati. Banyak orang juga mengukur ke-romantis-an
suatu kota dengan ukuran mudah tidaknya jalinan asmara ‘latto’ ditempat
itu. Agak ekstrim memang. Tapi saya masih memegang teori pertama.
Semuanya diukur dengan hati.
Romantiskah Palopo? Saya coba
menelusuri sisi romantis Palopo . Saya mulai explorasi (agak mirip dora
the explorer) ini dari Sampoddo. Tempat ini saya pikir cukuplah untuk
menumbuhkan atmosfir lain dari kota ini. Atmosfir romantiskah? Saya rasa
ya. Sampoddo menurutku perpaduan lansekap gunung dan laut. Yang
tentunya menumbuhkan emosi,spirit dan expression of ‘nothing’. Begitu
pula dengan Tanjung Ringgit. Lansekapnya cenderung sama. Secara umum
palopo memang demikian, paduan laut dan gunung. Hanya bila di tanjung
ringgir,subjeknya adalah laut. Romantiskah di tempat ini? Saya rasa juga
ya.Apalagi waktu malam. Lampu-lampu Palopo memesona. Atmosfir
romantisnya lebih dikentalkan dengan pasangan muda-mudi yang lagi
pacaran. Maka menurutku, teori kedua di atas ada benarnya juga.
Tempat kongkow semisal Pujasari dan Lagotatampaknya belum masuk dalam
nominasiku. Harus lebih banyak sentuhan di sana. Agak kampungan
menurutku. Pujasari sebenarnya potensial untuk menjadi tempat yang lebih
berkarakter. Di sana ada istana dan LangkanaE yang menurutku
arsitekturnya romantis habis. Istananya Europe’s style banget.
Mengingatkan bahwa memang paham romatis atau romantisme lahir di sana,
medio abad 18 dan klimaksnya di 19. Kadang juga saya berpikir hidup di
abad itu. Mungkin saya bisa kenalan dengan E Tenriawaru. Sejarahnya
beliau pajung di Luwu kala itu. Seorang perempuan. Ya tentulah seperti
wanita-wanita di keraton Jawa sana. Katanya cukup cantik namun tetap
kuat. Buktinya, beliau jadi pajung. Gak semua Datu Luwu loh yang jadi
pajung.
Palopo, kalau saya tidak salah, belum punya legenda
romantis. Mungkin ada, tapi kurang terekspose. Seingatku, saya belum
pernah dengar cerita seperti Maipa Diapati dan DatukMusseng di Palopo.
Sayang sekali pikirku.Kalaupun ada, mungkin hanya petikanepisode I La
Galigo. Tentang Sawerigading dan We Cudai atau asmara terlarang
Sawerigading dengan saudara kembarnya. Tapi indikator ini bukan lantas
menjustifikasi orang-orang Palopo tidak romantis loh.
Beberapa
tempat di atas memang cukup menumbuhkan atmosfir romantis. Banyak orang
mengatakan Labombo juga. Tapi tampaknya bagiku lebih ‘out of the box’
dari konsep romantisme. Di tempat itu lebih harum aroma illegal sex-nya.
Bukan menghakimi, tapi sekadar mengingatkan. Infrastruktur penerangan
belum optimal jek. Jadi ada peluang untuk itu. Saya pernah liat disana,
bukan illegal sex-nya, tapi masih sebatas warming up mungkin. Saya
yakin,warming up selalu diakhiri dengan colling down,dan saya yakin
sebelum colling down pasti ada core-nya.he…
Di paris, orang
mengatakan romantis karena sangat mudah menemui orang yang ciuman di
pinggir jalan. Kalau berdasar teori ini, saya teringat janji saya di
atas. Latar belakang tulisan ini. Kemarin saya dapati sepasang siswa SMP
lagi ciuman di pinggir jalan. Frenchkiss jek! Mirip Tommy Kurniawan dan
Ratna Galih. Lokasinya memang ngedukung. Jalan Pongtiku dekat Lebang.
Sepi dan lansekapnyaindah. Makanya saya sempat berpikir, bocah ini kayak
cerita di Paris saja, ciuman di pinggir jalan. Apakah Palopo memang
seromantis Paris? Maaf, saya belum bisa jawab. Saya belum ke Paris…yang
jelas tidak etis menjadikan Palopo seromantis Paris,kalau keadaannya
seperti gitu. Ya, to?