Selasa, 12 Februari 2013

Jika sahabat pernah membaca kebudayaan-kebudayaan dan peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di Sulawesi Selatan, tentu sahabat tahu tentang “Sure’ Lagaligo”. Sure’ Lagaligo atau kitab Lagaligo ini merupakan karya sastra terpanjang di Dunia yang mengalahkan Ramayana dan Mahabarata dengan panjang sekitar 300 ribu baris. Sayangnya naskah asli kitab ini tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda karena alasan ilmiah mengingat suhu di Indonesia yagn tidak cocok dengan naskah-naskah kuno seperti ini.

Dari segi kebudayaan, ada makanan khas yang disebut “kapurung”. Makanan khas yang terbuat dari sagu ini, mirip dengan papeda di Papua. Hanya saja, kapurung dibuat bulat dengan menggunakan sepasang sumpit (istilah org Palopo/Luwu ‘didui’winking dan dicampur bersama kuah pedis, sayur mayur, jeruk nipis dan daging ikan, udang atau daging ayam. Makanan ini tidak perlu dikunyah, tapi langsung ditelan saja, itu sebabnya di Palopo/Luwu, orang lebih sering menyebutnya “minum kapurung”. Kalau dikunyah, justru akan terasa hambar, kesulitan, akan lengket sana sini di ruang mulut. Kapurung menjadi satu dari sekian banyak menu yang disajikan pada tiap acara-acara orang Palopo selain masih banyak pilihan menu makanan khas lainnya seperti pacco’, lawa’, parede, dan lainnya.

Luwu atau Palopo secara umum juga terkenal dengan buah-buahannya. Durian, langsat, rambutan dan Jeruk. Yang paling populer adalah duriannya. Karena saking banyaknya durian di daerah ini, jika musimnya tiba ada pemilik kebun yang hanya mengharuskan seseorang membayar 20 ribu rupiah saja untuk masuk ke dalam kebun duriannya dan makan sampai puas (tapi tidak boleh bawa pulang, harus dimakan di tempat).

Orang jualan buah langsat pun cukup unik, pada musimnya buah langsat umumnya dijual per pohon, jadi seseorang membeli buah langsat yang masih ada di pohonnya dan buah pohon itu akan menjadi milik si pembeli sampai habis.

Selain itu ada 2 jenis buah yang hanya pernah saya lihat di daerah ini; buah tarra’ (buahnya sekilas mirip nangka tapi isinya berwarna putih, tidak bergetah dan bijinya kecil-kecil) dan buah patikala yang biasa digunakan sebagai pengganti asam jawa, karena buahnya yang konon terasa kecut dan bentuknya yang unik, sekilas terlihat seperti kelapa sawit.
 Post By : Wulan Oktavian

0 komentar:

T I M E

Popular Posts

Labels

Followers

Pengunjung

obrolan

Anak Palopo. Diberdayakan oleh Blogger.
Anak Palopo Community © 2013 Created by Emon Tok